Sabtu, 30 Mei 2015

Qasidah

مَرْحَبَاً يَا شَهْرَ رَمَضَانْ مَرْحَبَاً شَهْرَ الْعِبَادَةْمَرْحَبَاً يَا شَهْرَ رَمَضَانْ مَرْحَبَاً شَهْرَ السَّعَادَةْ
Selamat datang wahai Ramadhan, selamat datang wahai bulan Ibadah,
Selamat datang wahai Ramadhan, selamat datang wahai bulan kebahagiaan,
مَرْحَبَاً يَا زَاهِرَ اْلآنْ فِيْ الْمَجَالِيْ بِالزِّيَادَةْلِلأَخِلاَّ قُرَّةْ أَعْيَانْ أَنْتَ يَا شَهْرَ الإِفَادَةْ
Selamat datang wahai yg tiba dg cahaya dalam kejelasan bertambahnya anugerah,
Bagi para kekasih Allah engkau adalah kesayangan mereka wahai bulan yg penuh dg keberuntungan,
فِيْكَ يُجْلَى الرِّيْنُ والرَّانْ حِيْنَ تُجْلَى الإِسْتِجَادَةْمَرْحَبَاً ذَا خَيْرَ إِتْيَان شَهْرَنَا شَهْرَ السِّيَادَة
Padamu tersingkir segala kehinaan dan dosa, saat terbentangnya kesempatan untuk menyungkur sujud,
Selamat datang sebaik baik yg mengunjungi usia kami, bulan kita ini adalah baginda bagi bulan lainnya,
أَنْتَ سَيِّد كُلِّ الأَحْيَانْ وَالْيَتِيْمَةْ فِيْ الْقُلاَدَةْمَرْحَبَاً يَا شَهْرَ اْلإِحْسَانْ وَالصَّفَا وَالإِسْتِفَادَةْ
Engkaulah pemimpin bagi setiap saat, dan Kepala Mutiara bagi kalung kehidupan,
Selamat datang bulan kemuliaan, kesucian dan terbukanya kesempatan mengambil manfaat,
مَرْحَبَاً مِنْ غَيْرِ حُسْبَانْ حَيْثُ لاَ نُحْصِيْ عِدَادَةْكُلُّ مَسْجِدْ فِيْكَ قَدْ زَانْ رَبُّهُ بِاالنُّوْرِ زَادَهْ
Selamat datang kuucapkan tanpa terhitung, hingga tak terhingga banyaknya,
Segenap masjid terindahkan dengan kedatanganmu, Tuhan segenap masjid menambahkan cahaya pada masjid masjid dg kedatanganmu,
أَنْتَ بَهْجَةُ كُلِّ مَنْ كَانْ حَازَ مِنْ تَقْوَاهُ زَادَهْكُلُّ مُسْلِمْ فِيْكَ نَشْطَانْ فِيْ التَّوَجُّهْ لِلْعِبَادَةْ
Engkau cahaya kemegahan bagi segalanya, beruntunglah barangsiapa yg takwanya bertambah,
Setiap muslim giat di hari harimu dalam semangat beribadah,
وَعَنِ اْلآثَامِ كَسْلاَنْ وَلَهُ الطَّاعَاتْ عَادَةْفِيْ تَرَاوِيْحٍ وَقُُرْآنْ قَدْ جَفَا نَوْمَ الْقُعَادَةْ
Dan mereka (di bulan ramadhan) malas berbuat dosa, dan bagi mereka ketaatan pada Allah menjadi adat kebiasaan, Dalam shalat tarawih dan Alqur’an, telah sirna kantuk orang yg malas shalat malam,
مَرْحَبَاً يَا عَالِيَ الشَّانْ مَا انْقَضَى وَصْفُ وِدَادَهْوَصَلاَةُ الْواحِدِ الْمانّْ مَنْ حَبَا النِّعْمَةْ عِبَادَهْ
Selamat datang wahai pemilik derajat yg mulia, yg tiada henti hentinya gambaran keindahan dan kerinduan atasnya, Dan shalawat dari Yang Maha Tunggal dalam segala Anugerah, Yang Maha Memberi kenikmatan dalam beribadah,
تَتَغَشَّى فَخْرَ عَدْنَانْ وَكَذَا الآلَ الإِجَادَهْوَالصَّحَابَةْ هُمْ وَاْلإِخْوَانْ نِعْمَ أَصْحَابُ الشَّهَادَةْ
Selalu terlimpah pada sang kebanggaan keturunan Adnan (Sayyidina Muhammad saw), dan pula segenap keluarga yg mulia, serta sahabat dan merekalah para saudara, semulia mulia para syuhada,
مَاأَضَاءَ بَالنُّوْرِ رَمَضَانْ وَانْجَلَى رَيْنُ الْبَلاَدَةْ
Seterang benderangnya cahaya Ramadhan, maka sirnalah kesempitan hati orang orang yg dalam kebodohan,

Sambutlah Bulan Suci Ramadhan Dengan penuh Kembiraan

SEMUA MUSLIMIN DAPAT PENGAMPUNAN ALLAH SWT
malam pertama bulan ramadhan semua muslimin diampuni oleh Allah swt terkecuali 4 golongan
1. Pecandu minuman keras/pemakai obat-obatan terlarang
Disebutkan bahwa orang yang mencandu minum-minuman keras/obat-obatan terlarang seperti Penyembah Berhala
Ketika meminum-minuman keras , kalung iman lepas dari lehernya , bila ia wafat maka ia wafat tanpa membawa iman walyaudzubillah
Seorang mukmin tidak meminum-minuman keras
2. Durhaka pada orang tua
Yang durhaka tidak akan masuk surga,yang bakti pada orang tuatidak akan masuk neraka
3. Memutus silaturrahmi
Orang yang memutus silaturrahmi akan dilaknat Allah swt walaupun meninggalnya di dalam ka`bah bukan di luar kabah namun hatta meninggalnya di dalam ka`bah pasti di laknat oleh Allah swt
Rahmat Allah swt tidak akan turun pada satu kaum bila di situ ada satu orang saja yang masih memutus silaturrahmi
4. Orang yang didalam hatinya ada kebencian terhadap satu orang muslim
maka orang tersebut tidak mendapat pengampunan Allah swt.
Bagaimana jika ia membenci lebih dari satu orang muslim?
Bagaimana jika ia membenci 2 orang muslim, 3 orang muslim?
muslimin yang menghadiri maulid nabi saya benci, muslim yang di majlis anu saya benci..bahkan merembet kepada membenci para aulia Allah, membenci para habaib ,membenci para sahabat Nabi Muhammad saw, walaupun ia melewati 1000 ramadhan ia tidak akan mendapatkan pengampunan dari Allah swt..walyaudzubillah
4 golongan ini adalah orang yang sangat..sangat celaka, sial walaupun ia melewati 1.000 kali bulan ramadhan
Bersihkan hati untuk menyambut bulan ramadhan, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Allah swt
Jika pada bulan ramadhan tidak mendapatkan pengampunan dari Allah swt, kapan lagi kita akan mendapatkan pengampunan Allah swt, padahal di bulan ramadhan rahmat ALlah sangatlah deras, pengampunan ALlah swt di obral dengan sangat murahnya
Rugi banget bila kita masih tidak mendapatkan pengampunan dari Allah swt
Ada malam yang namanya lailatul qadar, malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan kurang lebih 83 tahun dimalam tersebut
Kasihaannnnnn orang yang sibuk dengan TV nya
Kasihannnnnnn orang yang masih terbuka auratnya....
Kasihannnn orang yang masih sibuk dengan dunianya....
Kasihannnnn orang yang masih tenggelam dalam syahwatnya....
Masuk malam lailatul qadar masih di depan televisi, masuk malam lailatul qadar masih sibuk dengan pasarnya, masuk malam lailatul qadar kaum wanita masih terbuka auratnya
Berapa banyak orang yang tertawa terbahak-bahak sedangkan calon kain kafannya sedang di gunting
Berapa banyak orang yang yang yang menanti malam ,belum maghrib ia telah dipanggil oleh ALlah swt
Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali
Agendakan diri kita di bulan ramadhan nanti, kita mau membaca alquran sekian juz setiap waktu, saya mau menghatamkan alquran 4 kali dalam sebulan ......
Semoga Allah swt memberikan kita taufik dan hidayah-Nya.Amin
=====habib jindan bin nouvel====

GURU MULIA AL IMAM AL MUSNID AL ARIFBILLAH AL HABIB UMAR BIN HAFIDH BSA

Manaqib Guru Mulia Al-Musnid Al 'Allamah Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim

Beliau dilahirkan sebelum fajar hari senin, 4 Muharram 1383 H / 27 Mei 1963M di Kota Tarim. Di kota yang penuh berkah inilah beliau tumbuh dan menerima didikan agama serta menghafal kitab suci al-Quran dalam keluarga yang terkenal iman, ilmu dan akhlak yang luhur. Guru pertamanya sudah tentu ayahanda beliau yaitu Habib Muhammad bin Salim yang juga merupakan Mufti Kota Tarim al-Ghanna itu.

Nasab

Beliau adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.

Biografi

Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.

Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr.

Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.


Bersama Habib Umar bin Hud Al Athas

Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.

Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.

Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.


Bersama Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.

Sejak itulah nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.


Bersama Habib Muhammad Rizieq Husein Shihab Lc Ketua Front Pembela Islam

Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.

Karya

Disamping sebagai Da’i, Habib Umar juga penulis yang produktif. Karya-karyanya tidak sebatas ilmu Fiqih, beliau juga mengarang beberapa kitab tasawuf dan maulid. Kitab yang ditulis antara lain :

• Diyaul Lami ( Maulid Nabi Muhammad SAW )

• Dhakhira Musyarofah ( Fiqih )

• Muhtar Ahadits ( Hadits )

• Nurul Iman ( akidah )

• Durul Asas ( Nahwu )

• Khulasah Madani an-Nabawi ( zikir )

• Tsaghafatul Khatib ( pedoman Khutbah )


Wasiat dan Nasihat

· Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah

· Barang siapa Semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.

· Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.

· Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.

· Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.

· Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.

· Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.

· Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.

· Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.

· Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.

· Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.

· Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.

· Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)

· Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.

· Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.

· Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.

· Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.

· Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih-Nya.

· Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adat (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.

· Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.

· Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.

· Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.

· Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.

· Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).

· Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.

· Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.

· Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu. 

BIOGRAFI KHADIJAH BINTI KHUWAILID

Biografi Khadijah binti Khuwailid 
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ 
Beliau adalah Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita yang 
hidup dan besar di lingkungan Suku Quraisy dan lahir dari 
keluarga yang terhormat pada 15 tahun sebelum Tahun 
Gajah. Ramai pemuda Quraisy ingin menikahinya. Sebelum 
menikah dengan Rasulullah, Khadijah pernah dua kali 
menikah. Suami pertama Khadijah adalah Abu Halah at- 
Tamimi, yang wafat dengan meninggalkan kekayaan yang 
banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. 
Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin 
Makhzum, yang juga wafat dengan meninggalkan harta dan 
perniagaan. Dengan demikian, Khadijah menjadi orang 
terkaya di kalangan suku Quraisy. Khadijah adalah wanita 
pertama yang hatinya tersirami keimanan dan dikhususkan 
Allah untuk memberikan keturunan bagi Rasulullah s.a.w 
menjadi wanita pertama yang menjadi Ummahatul Mukminin, 
serta turut merasakan pelbagai kesusahan pada fasa awal 
penyebaran Islam kepada seluruh umat manusia. 
Sayyidah Khadijah dikenal dengan julukan wanita suci sejak 
perkawinannya dengan Abu Halah dan Atiq bin Aidz karena 
keutamaan ãkhlak dan sifat terpujinya. Karena itu, tidak 
hairanlah jika kalangan Quraisy memberikan penghargaan 
dan berupa penghormatan yang tinggi kepadanya. Kekayaan 
yang berlimpahlah yang menjadikan Khadijah perlu 
berdagang. Akan tetapi, Khadijah merasa tidak mungkin jika 
sernua dilakukan tanpa bantuan orang lain. Tidak mungkin 
jika dia harus terjun langsung dalam berniaga dan bepergian 
membawa barang dagangan ke Yaman pada musim dingin 
dan ke Syam pada musim panas. Keadaan itulah yang 
menyebabkan Khadijah mula mencari pekerja yang dapat 
menjaga amanah atas harta dan dagangannya. Untuk itu, 
pekernanya menerima upah dan bagian keuntungan sesuai 
dengan kesepakatan. Walaupun pekerjaan itu cukup sukar, 
bermodalkan kemampuan intelektual dan kecemelangan 
pikiran yang didukung oleh pengetahuan dasar tentang 
bisnes dan perdangangan, namun Khadijah mampu 
menghadapi orang-orang yang sudah lama dalam bidang ini. 
Itulah yang membuatkan perniagaannya bertambah maju. 
Pertemuan Dengan Muhammad bin Abdullah 
Dalam kalangan Kaum Quraisy, mereka tidak mengenal 
sesiapapun yang wara', takwa, dan jujur selain Muhammad 
bin Abdullah, yang sejak usia lima belas tahun telah diajak 
oleh Maisarah untuk menyertainya berdagang. Seperti 
biasanya, Maisarah menyertai Muhammad ke Syam untuk 
membawa dagangan Khadijah, karena memang keduanya 
telah sepakat untuk bekerja sama. Perniagaan mereka ketika 
itu memberikan keuntungan yang sangat banyak sehingga 
Maisarah kembali membawa keuntungan yang berlipat 
ganda. Maisarah mengatakan bahwa keuntungan yang 
mereka peroleh itu berkat Muhammad yang berniaga dengan 
penuh kejujuran. Maisarah menceritakan kejadian aneh 
selama melakukan perjalanan ke Syam dengan Muhammad. 
Selama perjalanan, dia melihat gulungan awan tebal yang 
senantiasa mengiringi Muhammad yang seolah-olah 
melindungi beliau dari sengatan matahari. Dia pun 
mendengar seorang rahib yang bernama Buhairah, yang 
mengatakan bahwa Muhammad adalah laki-laki yang akan 
menjadi nabi yang ditunggu-tunggu oleh orang Arab 
sebgaimana telah tertulis di dalam Taurat dan Injil. 
Cerita-cerita tentang Muhammad itu meresap ke dalam jiwa 
Khadijah, dan pada dasarnya Khadijah pun telah merasakan 
adanya kejujuran, amanah, dan cahaya yang senantiasa 
menerangi wajah Muhammad. Perasaan Khadijah itu 
menimbulkan kecenderungan terhadap Muhammad di dalam 
hati dan pikirannya, sehingga dia menemui bapa saudaranya, 
Waraqah bin Naufal, yang dikenali sebagai seorang yang arif 
tentang orang- orang terdahulu. Waraqah mengatakan 
bahwa akan muncul nabi besar yang dinanti-nantikan 
manusia dan akan mengeluarkan manusia dari kegelapan 
menuju cahaya Allah. Penuturan Waraqah itu menjadikan niat 
dan kecenderungan Khadijah terhadap Muhammad semakin 
bertambah, sehingga dia ingin menikah dengan Muhammad. 
Setelah itu dia mengutus Nafisah, saudara perempuan Ya’la 
bin Umayyah untuk meneliti lebih jauh tentang Muhammad, 
sehingga akhirnya Muhammad diminta menikahi dirinya. 
Ketika itu Khadijah berusia empat puluh tahun, namun dia 
adalah wanita dari golongan keluarga terhormat dan kaya 
raya, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin 
menikahinya. Muhammad pun menyetujui permohonan 
Khadijah tersebut. Maka, dengan salah seorang pamannya, 
Muhammad pergi menemui paman Khadijah yang bernama 
Amru bin As’ad untuk meminang Khadijah.Allah menghendaki 
pernikahan hamba pilihan-Nya itu dengan Khadijah. Ketika 
itu, usia Muhammad baru menginjak dua puluh lima tahun, 
sementara Khadijah empat puluh tahun. Walaupun usia 
mereka terpaut sangat jauh dan harta kekayaan mereka pun 
tidak sepadan, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang 
aneh, karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan 
keberkahan dan kemuliaan kepada mereka. 
Khadijah adalah istri Nabi yang pertama.Mereka dikurniakan 
Allah beberapa orang cahaya mata sebagai penyambung 
keturunan mereka. Khadijah mernberikan cinta dan kasih 
sayang kepada Rasulullah s.a.w pada saat-saat yang sulit 
dan tindak kekerasan dan kekejaman datang dari saudara- 
mara mereka. Bersama Khadijah, Rasulullah s.a.w 
mernperoleh perlakuan yang baik serta rumah tangga yang 
tenteram damai, dan penuh cinta kasih, setelah sekian lama 
beliau merasakan pahitnya menjadi anak yatirn piatu dan 
miskin. 
Khadijah melahirkan dua orang anak laki-laki, yaitu Qasim 
dan Abdullah serta empat orang anak perempuan, yaitu 
Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Seluruh 
putera dan puterinya lahir sebelum masa kenabian, kecuali 
Abdullah. Karena itulah, Abdullah kemudian dijuluki ath- 
Thayyib (yang baik) dan ath-Thahir (yang suci). Zainab 
banyak rnenyerupai ibunya. Setelah besar, Zainab dinikahkan 
dengan anak makciknya, Abul Ash ibnur Rabi’. Pernikahan 
Zainab ini merupakan peristiwa pertama Rasulullah 
rnenikahkan putrinya, dan yang terakhir beliau menikahkan 
Ummu Kultsum dan Ruqayah dengan dua putra Abu Lahab, 
yaitu Atabah dan Utaibah. Ketika Nabi s.a.w diutus menjadi 
Rasul, Fathimah az-Zahra, putri bongsu beliau rnasih kecil. 
Saat Rasulullah s.a.w Diangkat Menjadi Rasul 
Suatu ketika, seperti biasanya beliau uzlah (menyendiri) di 
Gua Hira,dan ketika itu adalah dalam bulan Ramadhan. 
Beliau sangat gementar ketika mendengar suara ghaib 
Malaikat Jibril memanggil beliau. Malaikat Jibril menyuruh 
beliau membaca, namun beliau hanya menjawab, “Aku tidak 
tahu membaca.” Akhirnya, Malaikat Jibril mendekati dan 
memeluk beliau ke dadanya, seraya berkata, “Bacalah, wahai 
Muhammad!” Ketika itu Muhammad sangat bingung dan 
ketakutan, seraya menjawab, “Aku tidak tahu membaca.” 
Mendengar itu, Malaikat Jibril mempererat dakapannya, dan 
berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang 
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan 
Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Dia mengajari manusia 
dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan segala sesuatu 
yang belum mereka ketahui.” Rasulullah Muhammad 
mengikuti bacaan tersebut. Keringat deras mengucur dari 
seluruh tubuhnya sehingga beliau ketakutan dan tidak 
menemukan jalan menuju rumah. 
Khadijah melihat beliau dalam keadaan ketakutan seperti itu, 
kemudian memapahnya ke rumah, serta berusaha 
menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran yang memenuhi 
dadanya. “Berilah aku selimut, Khadijah!” Beberapa kali 
beliau meminta istrinya menyelimuti tubuhnya. Khadijah 
memberikan ketenteraman kepada Rasulullah dengan segala 
kelembutan dan kasih sayang sehingga beliau merasa 
tenteram dan aman. Beliau tidak terus menceritakan kejadian 
yang menimpa dirinya kepada Khadijah kerana bimbang 
Khadijah menganggapnya sebagai ilusi atau khayalan beliau 
belaka. 
Setelah rasa takut beliau hilang, Rasulullah s.a.w pun 
menceritakan peristiwa yang baru dialaminya. Khadijah 
mendengarkan cerita suaminya dengan penuh minat dan 
mempercayai semuanya, sehingga Rasulullah s.a.w. merasa 
bahwa isterinyaseperti sudah mengetahu kejadian itu. 
Sebenarnya dari awal lagi Khadijah telah yakin bahwa 
suaminya akan menerima amanat Allah Yang Maha Besar 
untuk seluruh alam semesta. Kejadian tersebut merupakan 
awal kenabian dan tugas Muhammad menyampaikan amanat 
Allah kepada manusia. Hal itu pun merupakan babak baru 
dalam kehidupan Khadijah yang dengannya dia harus 
mempercayai dan meyakini ajaran Rasulullah Muhammad, 
sehingga Rasulullah mengatakan, “Aku rnengharapkannya 
menjadi benteng yang kuat bagi diriku.” 
Di sinilahjelas kelihatan peribadi serta kematangan dan 
kebijaksanaan pemikiran Khadijah. Khadijah telah mencapai 
darjat yang tinggi dan sempurna, yang belum pernah dicapai 
oleh wanita mana pun sebelum itu. Dia telah berkata kepada 
Rasulullah s.a.w, “Demi Allah, Allah tidak akan menyia 
nyiakanrnu Engkau selalu menghubungkan silaturahim, 
berbicara benar, memikul beban orang lain, menolong orang 
papa, menghorrnati tamu, dan membantu meringankan derita 
dan musibah orang lain.” 
Setelah Rasulullah merasa tenteram dan dapat tidur dengan 
tenang, Khadijah mendatangi anak saudarannya, Waraqah 
bin Naufal, yang tidak terpengaruh dengan tradisi jahiliah 
kaum Quraisy. Khadijah menceritakan kejadian yang dialami 
suaminya. Mendengar cerita mengenai Rasulullah, Waraqah 
berseru, “Maha Mulia…Maha Mulia…. Demi yang jiwa 
Waraqah dalam genggaman-Nya, kalau kau percaya pada 
ucapanku, maka apa yang diihat Muhammad di Gua Hira itu 
merupakan suratan yang turun kepada Musa dan Isa 
sebelumnya, dan Muhammad adalah nabi akhir zaman, dan 
namanya tertulis dalam Taurat dan Injil.” Mendengar kabar 
itu, Khadijah segera menemui suaminya dan menyampaikan 
apa yang dikatakan oleh Waraqah. 
Pengorban Khadijah Dalam Dakwah Rasulullah s.a.w 
Setelah berdakwah secara sembunyi- embunyi, turunlah 
perintah Allah kepada Rasulullah untuk memulai dakwah 
secara terang-terangan. Oleh itu, datanglah beliau ke 
tengah-tengah umat seraya berseru lantang, “Allahu Akbar, 
Allahu Akbar… Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi- 
Nya, Dia tidak melahirkan, juga tidak dilahirkan.” Seruan 
beliau sangat aneh terdengar di telinga orang-orang Quraisy. 
Rasulullah memanggil manusia untuk beribadah kepada 
Tuhan yang satu, bukan Laata, Uzza, Hubal, Manat, serta 
tuhan-tuhan lain yang mernenuhi pelataran Ka’bah. Tentu 
saja mereka terkejut dengan seruan itu lalu menolak, 
mencaci maki, bahkan tidak segan-segan menyiksa 
Rasulullah. Setiap jalan yang beliau lalui ditaburi kotoran 
haiwan dan duri. 
Khadijah tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih 
sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa 
membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata 
jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas 
perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh 
Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia 
memotivasi dan rnenguatkan hati baginda. Bersama 
Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan 
kesedihan, sehingga tidak jarang dia harus memendam 
perasaan agar tidak terli hat pada muka dan mengganggu 
perasaan suaminya. Yang keluar adalah tutur kata yang 
lemah lembut sebagai penyejuk dan penawar hati. 
Orang yang paling keras menyakiti Rasulullah adalah bapa 
saudaranya beliau sendiri, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, 
yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab, beserta 
istrinya, Ummu Jamil. Mereka memerintah anak-anaknya 
untuk memutuskan pertunangan dengan kedua putri 
Rasulullah, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Walaupun begitu, 
Allah telah menyediakan pengganti yang lebih mulia, yaitu 
Uthman bin Affan bagi Ruqayah. 
Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk menghentikan 
dakwah Rasulullah s.a.w, baik itu berupa rayuan, dan 
penyiksaan, kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot 
dan mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang 
kemudian digantung di pintu Ka’bah agar orang-orang 
Quraisy memboikot kaum muslimin, termasuk Rasulullah, 
istrinya, dan juga saudaranya. Mereka diboikot oleh kaum 
Quraisy dalam bentuk pengangkutan, komunikasi, dan 
keperluan sehari-hari lainnya. 
Dalam keadaan seperti itu, Rasulullah dan istrinya dapat 
bertahan, walaupun fizikalnya sudah tua dan lemah. Ketika 
itu kehidupan Khadijah sangat jauh dan kehidupan 
sebelumnya yang bergelimang dengan kekayaan, 
kemakmuran, dan ketinggian derajat. Khadijah rela didera 
rasa haus dan lapar dalam mendampingi Rasulullah s.a.w. 
dan kaum muslimin. Dia sangat yakin bahawa tidak lama 
lagi pertolongan Allah akan datang. Keluarga mereka yang 
lain, sekali-kali dan secara sembunyi-sembunyi, mengirimkan 
makanan dan minuman untuk mempertahankan hidup. 
Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun, tetapi tidak 
sedikit pun menggoyahkan akidah mereka, bahkan yang 
mereka rasakan adalah bertambah kukuhnya keimanan 
dalam hati. Dengan demikian, usaha kaum Quraisy telah 
gagal, sehingga mereka mengakhiri pemboikotan dan 
membiarkan kaum muslimin kembali ke Mekah. Rasulullah 
s.a.w pun kembali menyeru nama Allah Yang Mulia dan 
melanjutkan jihad beliau. 
Wafatnya Khadijah binti Khuwailid 
Sayyidah Khadijah sakit kuat akibat beberapa tahun 
menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. 
Semakin hari, keadaan badannya semakin menurun, sehingga 
Rasulullah s.a.w semakin sedih. Bersama Khadijahlah 
baginda membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. 
Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh 
lima tahun, Khadijah meninggal,selepas meninggalnya Abu 
Thalib. Khadijah dikuburkan di dataran tinggi Mekah, yang 
dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah s.a.w sendiri 
yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang 
beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: 
“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti 
Imran dan Khadijah binti Khuwailid.” 
Khadijah meninggal setelah mendapatkan kemuliaan yang 
tidak pernah dimiliki oleh wanita lain, Dia adalah Ummul 
Mukminin isteri Rasulullah yang pertama, wanita dan orang 
pertama yang mempercayai dan membenarkan risalah 
Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putera- 
puteri Rasulullah. Dia merelakan harta benda yang 
dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah 
orang pertama yang mendapat khabar gembira bahwa dirinya 
adalah ahli syurga. Kenangan terhadap Khadijah senantiasa 
lekat dalam hati Rasulullah sampai beliau wafat. Semoga 
rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Khadijah binti 
Khuwailid dan semoga Allah memberinya tempat yang layak 
di sisi-Nya. Amin.