Sabtu, 30 Mei 2015

BIOGRAFI KHADIJAH BINTI KHUWAILID

Biografi Khadijah binti Khuwailid 
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ 
Beliau adalah Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita yang 
hidup dan besar di lingkungan Suku Quraisy dan lahir dari 
keluarga yang terhormat pada 15 tahun sebelum Tahun 
Gajah. Ramai pemuda Quraisy ingin menikahinya. Sebelum 
menikah dengan Rasulullah, Khadijah pernah dua kali 
menikah. Suami pertama Khadijah adalah Abu Halah at- 
Tamimi, yang wafat dengan meninggalkan kekayaan yang 
banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. 
Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin 
Makhzum, yang juga wafat dengan meninggalkan harta dan 
perniagaan. Dengan demikian, Khadijah menjadi orang 
terkaya di kalangan suku Quraisy. Khadijah adalah wanita 
pertama yang hatinya tersirami keimanan dan dikhususkan 
Allah untuk memberikan keturunan bagi Rasulullah s.a.w 
menjadi wanita pertama yang menjadi Ummahatul Mukminin, 
serta turut merasakan pelbagai kesusahan pada fasa awal 
penyebaran Islam kepada seluruh umat manusia. 
Sayyidah Khadijah dikenal dengan julukan wanita suci sejak 
perkawinannya dengan Abu Halah dan Atiq bin Aidz karena 
keutamaan ãkhlak dan sifat terpujinya. Karena itu, tidak 
hairanlah jika kalangan Quraisy memberikan penghargaan 
dan berupa penghormatan yang tinggi kepadanya. Kekayaan 
yang berlimpahlah yang menjadikan Khadijah perlu 
berdagang. Akan tetapi, Khadijah merasa tidak mungkin jika 
sernua dilakukan tanpa bantuan orang lain. Tidak mungkin 
jika dia harus terjun langsung dalam berniaga dan bepergian 
membawa barang dagangan ke Yaman pada musim dingin 
dan ke Syam pada musim panas. Keadaan itulah yang 
menyebabkan Khadijah mula mencari pekerja yang dapat 
menjaga amanah atas harta dan dagangannya. Untuk itu, 
pekernanya menerima upah dan bagian keuntungan sesuai 
dengan kesepakatan. Walaupun pekerjaan itu cukup sukar, 
bermodalkan kemampuan intelektual dan kecemelangan 
pikiran yang didukung oleh pengetahuan dasar tentang 
bisnes dan perdangangan, namun Khadijah mampu 
menghadapi orang-orang yang sudah lama dalam bidang ini. 
Itulah yang membuatkan perniagaannya bertambah maju. 
Pertemuan Dengan Muhammad bin Abdullah 
Dalam kalangan Kaum Quraisy, mereka tidak mengenal 
sesiapapun yang wara', takwa, dan jujur selain Muhammad 
bin Abdullah, yang sejak usia lima belas tahun telah diajak 
oleh Maisarah untuk menyertainya berdagang. Seperti 
biasanya, Maisarah menyertai Muhammad ke Syam untuk 
membawa dagangan Khadijah, karena memang keduanya 
telah sepakat untuk bekerja sama. Perniagaan mereka ketika 
itu memberikan keuntungan yang sangat banyak sehingga 
Maisarah kembali membawa keuntungan yang berlipat 
ganda. Maisarah mengatakan bahwa keuntungan yang 
mereka peroleh itu berkat Muhammad yang berniaga dengan 
penuh kejujuran. Maisarah menceritakan kejadian aneh 
selama melakukan perjalanan ke Syam dengan Muhammad. 
Selama perjalanan, dia melihat gulungan awan tebal yang 
senantiasa mengiringi Muhammad yang seolah-olah 
melindungi beliau dari sengatan matahari. Dia pun 
mendengar seorang rahib yang bernama Buhairah, yang 
mengatakan bahwa Muhammad adalah laki-laki yang akan 
menjadi nabi yang ditunggu-tunggu oleh orang Arab 
sebgaimana telah tertulis di dalam Taurat dan Injil. 
Cerita-cerita tentang Muhammad itu meresap ke dalam jiwa 
Khadijah, dan pada dasarnya Khadijah pun telah merasakan 
adanya kejujuran, amanah, dan cahaya yang senantiasa 
menerangi wajah Muhammad. Perasaan Khadijah itu 
menimbulkan kecenderungan terhadap Muhammad di dalam 
hati dan pikirannya, sehingga dia menemui bapa saudaranya, 
Waraqah bin Naufal, yang dikenali sebagai seorang yang arif 
tentang orang- orang terdahulu. Waraqah mengatakan 
bahwa akan muncul nabi besar yang dinanti-nantikan 
manusia dan akan mengeluarkan manusia dari kegelapan 
menuju cahaya Allah. Penuturan Waraqah itu menjadikan niat 
dan kecenderungan Khadijah terhadap Muhammad semakin 
bertambah, sehingga dia ingin menikah dengan Muhammad. 
Setelah itu dia mengutus Nafisah, saudara perempuan Ya’la 
bin Umayyah untuk meneliti lebih jauh tentang Muhammad, 
sehingga akhirnya Muhammad diminta menikahi dirinya. 
Ketika itu Khadijah berusia empat puluh tahun, namun dia 
adalah wanita dari golongan keluarga terhormat dan kaya 
raya, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin 
menikahinya. Muhammad pun menyetujui permohonan 
Khadijah tersebut. Maka, dengan salah seorang pamannya, 
Muhammad pergi menemui paman Khadijah yang bernama 
Amru bin As’ad untuk meminang Khadijah.Allah menghendaki 
pernikahan hamba pilihan-Nya itu dengan Khadijah. Ketika 
itu, usia Muhammad baru menginjak dua puluh lima tahun, 
sementara Khadijah empat puluh tahun. Walaupun usia 
mereka terpaut sangat jauh dan harta kekayaan mereka pun 
tidak sepadan, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang 
aneh, karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan 
keberkahan dan kemuliaan kepada mereka. 
Khadijah adalah istri Nabi yang pertama.Mereka dikurniakan 
Allah beberapa orang cahaya mata sebagai penyambung 
keturunan mereka. Khadijah mernberikan cinta dan kasih 
sayang kepada Rasulullah s.a.w pada saat-saat yang sulit 
dan tindak kekerasan dan kekejaman datang dari saudara- 
mara mereka. Bersama Khadijah, Rasulullah s.a.w 
mernperoleh perlakuan yang baik serta rumah tangga yang 
tenteram damai, dan penuh cinta kasih, setelah sekian lama 
beliau merasakan pahitnya menjadi anak yatirn piatu dan 
miskin. 
Khadijah melahirkan dua orang anak laki-laki, yaitu Qasim 
dan Abdullah serta empat orang anak perempuan, yaitu 
Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Seluruh 
putera dan puterinya lahir sebelum masa kenabian, kecuali 
Abdullah. Karena itulah, Abdullah kemudian dijuluki ath- 
Thayyib (yang baik) dan ath-Thahir (yang suci). Zainab 
banyak rnenyerupai ibunya. Setelah besar, Zainab dinikahkan 
dengan anak makciknya, Abul Ash ibnur Rabi’. Pernikahan 
Zainab ini merupakan peristiwa pertama Rasulullah 
rnenikahkan putrinya, dan yang terakhir beliau menikahkan 
Ummu Kultsum dan Ruqayah dengan dua putra Abu Lahab, 
yaitu Atabah dan Utaibah. Ketika Nabi s.a.w diutus menjadi 
Rasul, Fathimah az-Zahra, putri bongsu beliau rnasih kecil. 
Saat Rasulullah s.a.w Diangkat Menjadi Rasul 
Suatu ketika, seperti biasanya beliau uzlah (menyendiri) di 
Gua Hira,dan ketika itu adalah dalam bulan Ramadhan. 
Beliau sangat gementar ketika mendengar suara ghaib 
Malaikat Jibril memanggil beliau. Malaikat Jibril menyuruh 
beliau membaca, namun beliau hanya menjawab, “Aku tidak 
tahu membaca.” Akhirnya, Malaikat Jibril mendekati dan 
memeluk beliau ke dadanya, seraya berkata, “Bacalah, wahai 
Muhammad!” Ketika itu Muhammad sangat bingung dan 
ketakutan, seraya menjawab, “Aku tidak tahu membaca.” 
Mendengar itu, Malaikat Jibril mempererat dakapannya, dan 
berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang 
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan 
Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Dia mengajari manusia 
dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan segala sesuatu 
yang belum mereka ketahui.” Rasulullah Muhammad 
mengikuti bacaan tersebut. Keringat deras mengucur dari 
seluruh tubuhnya sehingga beliau ketakutan dan tidak 
menemukan jalan menuju rumah. 
Khadijah melihat beliau dalam keadaan ketakutan seperti itu, 
kemudian memapahnya ke rumah, serta berusaha 
menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran yang memenuhi 
dadanya. “Berilah aku selimut, Khadijah!” Beberapa kali 
beliau meminta istrinya menyelimuti tubuhnya. Khadijah 
memberikan ketenteraman kepada Rasulullah dengan segala 
kelembutan dan kasih sayang sehingga beliau merasa 
tenteram dan aman. Beliau tidak terus menceritakan kejadian 
yang menimpa dirinya kepada Khadijah kerana bimbang 
Khadijah menganggapnya sebagai ilusi atau khayalan beliau 
belaka. 
Setelah rasa takut beliau hilang, Rasulullah s.a.w pun 
menceritakan peristiwa yang baru dialaminya. Khadijah 
mendengarkan cerita suaminya dengan penuh minat dan 
mempercayai semuanya, sehingga Rasulullah s.a.w. merasa 
bahwa isterinyaseperti sudah mengetahu kejadian itu. 
Sebenarnya dari awal lagi Khadijah telah yakin bahwa 
suaminya akan menerima amanat Allah Yang Maha Besar 
untuk seluruh alam semesta. Kejadian tersebut merupakan 
awal kenabian dan tugas Muhammad menyampaikan amanat 
Allah kepada manusia. Hal itu pun merupakan babak baru 
dalam kehidupan Khadijah yang dengannya dia harus 
mempercayai dan meyakini ajaran Rasulullah Muhammad, 
sehingga Rasulullah mengatakan, “Aku rnengharapkannya 
menjadi benteng yang kuat bagi diriku.” 
Di sinilahjelas kelihatan peribadi serta kematangan dan 
kebijaksanaan pemikiran Khadijah. Khadijah telah mencapai 
darjat yang tinggi dan sempurna, yang belum pernah dicapai 
oleh wanita mana pun sebelum itu. Dia telah berkata kepada 
Rasulullah s.a.w, “Demi Allah, Allah tidak akan menyia 
nyiakanrnu Engkau selalu menghubungkan silaturahim, 
berbicara benar, memikul beban orang lain, menolong orang 
papa, menghorrnati tamu, dan membantu meringankan derita 
dan musibah orang lain.” 
Setelah Rasulullah merasa tenteram dan dapat tidur dengan 
tenang, Khadijah mendatangi anak saudarannya, Waraqah 
bin Naufal, yang tidak terpengaruh dengan tradisi jahiliah 
kaum Quraisy. Khadijah menceritakan kejadian yang dialami 
suaminya. Mendengar cerita mengenai Rasulullah, Waraqah 
berseru, “Maha Mulia…Maha Mulia…. Demi yang jiwa 
Waraqah dalam genggaman-Nya, kalau kau percaya pada 
ucapanku, maka apa yang diihat Muhammad di Gua Hira itu 
merupakan suratan yang turun kepada Musa dan Isa 
sebelumnya, dan Muhammad adalah nabi akhir zaman, dan 
namanya tertulis dalam Taurat dan Injil.” Mendengar kabar 
itu, Khadijah segera menemui suaminya dan menyampaikan 
apa yang dikatakan oleh Waraqah. 
Pengorban Khadijah Dalam Dakwah Rasulullah s.a.w 
Setelah berdakwah secara sembunyi- embunyi, turunlah 
perintah Allah kepada Rasulullah untuk memulai dakwah 
secara terang-terangan. Oleh itu, datanglah beliau ke 
tengah-tengah umat seraya berseru lantang, “Allahu Akbar, 
Allahu Akbar… Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi- 
Nya, Dia tidak melahirkan, juga tidak dilahirkan.” Seruan 
beliau sangat aneh terdengar di telinga orang-orang Quraisy. 
Rasulullah memanggil manusia untuk beribadah kepada 
Tuhan yang satu, bukan Laata, Uzza, Hubal, Manat, serta 
tuhan-tuhan lain yang mernenuhi pelataran Ka’bah. Tentu 
saja mereka terkejut dengan seruan itu lalu menolak, 
mencaci maki, bahkan tidak segan-segan menyiksa 
Rasulullah. Setiap jalan yang beliau lalui ditaburi kotoran 
haiwan dan duri. 
Khadijah tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih 
sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa 
membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata 
jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas 
perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh 
Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia 
memotivasi dan rnenguatkan hati baginda. Bersama 
Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan 
kesedihan, sehingga tidak jarang dia harus memendam 
perasaan agar tidak terli hat pada muka dan mengganggu 
perasaan suaminya. Yang keluar adalah tutur kata yang 
lemah lembut sebagai penyejuk dan penawar hati. 
Orang yang paling keras menyakiti Rasulullah adalah bapa 
saudaranya beliau sendiri, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, 
yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab, beserta 
istrinya, Ummu Jamil. Mereka memerintah anak-anaknya 
untuk memutuskan pertunangan dengan kedua putri 
Rasulullah, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Walaupun begitu, 
Allah telah menyediakan pengganti yang lebih mulia, yaitu 
Uthman bin Affan bagi Ruqayah. 
Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk menghentikan 
dakwah Rasulullah s.a.w, baik itu berupa rayuan, dan 
penyiksaan, kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot 
dan mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang 
kemudian digantung di pintu Ka’bah agar orang-orang 
Quraisy memboikot kaum muslimin, termasuk Rasulullah, 
istrinya, dan juga saudaranya. Mereka diboikot oleh kaum 
Quraisy dalam bentuk pengangkutan, komunikasi, dan 
keperluan sehari-hari lainnya. 
Dalam keadaan seperti itu, Rasulullah dan istrinya dapat 
bertahan, walaupun fizikalnya sudah tua dan lemah. Ketika 
itu kehidupan Khadijah sangat jauh dan kehidupan 
sebelumnya yang bergelimang dengan kekayaan, 
kemakmuran, dan ketinggian derajat. Khadijah rela didera 
rasa haus dan lapar dalam mendampingi Rasulullah s.a.w. 
dan kaum muslimin. Dia sangat yakin bahawa tidak lama 
lagi pertolongan Allah akan datang. Keluarga mereka yang 
lain, sekali-kali dan secara sembunyi-sembunyi, mengirimkan 
makanan dan minuman untuk mempertahankan hidup. 
Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun, tetapi tidak 
sedikit pun menggoyahkan akidah mereka, bahkan yang 
mereka rasakan adalah bertambah kukuhnya keimanan 
dalam hati. Dengan demikian, usaha kaum Quraisy telah 
gagal, sehingga mereka mengakhiri pemboikotan dan 
membiarkan kaum muslimin kembali ke Mekah. Rasulullah 
s.a.w pun kembali menyeru nama Allah Yang Mulia dan 
melanjutkan jihad beliau. 
Wafatnya Khadijah binti Khuwailid 
Sayyidah Khadijah sakit kuat akibat beberapa tahun 
menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. 
Semakin hari, keadaan badannya semakin menurun, sehingga 
Rasulullah s.a.w semakin sedih. Bersama Khadijahlah 
baginda membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. 
Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh 
lima tahun, Khadijah meninggal,selepas meninggalnya Abu 
Thalib. Khadijah dikuburkan di dataran tinggi Mekah, yang 
dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah s.a.w sendiri 
yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang 
beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: 
“Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti 
Imran dan Khadijah binti Khuwailid.” 
Khadijah meninggal setelah mendapatkan kemuliaan yang 
tidak pernah dimiliki oleh wanita lain, Dia adalah Ummul 
Mukminin isteri Rasulullah yang pertama, wanita dan orang 
pertama yang mempercayai dan membenarkan risalah 
Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putera- 
puteri Rasulullah. Dia merelakan harta benda yang 
dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah 
orang pertama yang mendapat khabar gembira bahwa dirinya 
adalah ahli syurga. Kenangan terhadap Khadijah senantiasa 
lekat dalam hati Rasulullah sampai beliau wafat. Semoga 
rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Khadijah binti 
Khuwailid dan semoga Allah memberinya tempat yang layak 
di sisi-Nya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar